PANDEGLANG, BANTEN MEDSOS —Desa Rancaseneng, Kecamatan Cikeusik, Kabupaten Pandeglang, Banten, menghadapi tantangan serius dalam menjaga ketahanan pangan. Hal ini disampaikan oleh Todi (44), seorang petani sekaligus Ketua Kelompok Tani Cipinang Makmur, yang juga merupakan warga Kampung Rancaseneng RT 009/005.

Menurut Todi, ketahanan pangan di desanya masih sangat bergantung pada musim tanam dan kondisi cuaca. Ketidakpastian datangnya musim hujan menjadi tantangan utama yang berdampak langsung pada pola tanam para petani.

“Kadang musim hujan datang terlambat, kadang juga terlalu singkat. Ini membuat kami bingung menentukan waktu tanam yang pas,” ujar Todi kepada Banten Medsos.

Ia menambahkan bahwa hingga kini, sebagian besar petani di desa tersebut masih mengandalkan metode pertanian tradisional. Belum adanya sistem irigasi permanen membuat para petani hanya bisa mengandalkan curah hujan sebagai sumber air utama untuk mengairi lahan pertanian mereka.

“Kami memang masih menanam dengan cara tradisional. Air dari hujan kadang tidak cukup, sedangkan irigasi belum ada yang permanen,” lanjutnya.

Tak hanya itu, mahalnya harga pupuk dan minimnya penyuluhan teknis pertanian dari pihak terkait turut memperparah kondisi produksi pertanian di wilayah tersebut.

“Harga pupuk makin mahal, dan kami juga jarang mendapat penyuluhan atau pelatihan tentang cara bercocok tanam yang lebih efektif,” ungkap Todi.

Ia berharap adanya perhatian dari pemerintah daerah dan instansi terkait untuk memperkuat sektor pertanian di Desa Rancaseneng, khususnya melalui pembangunan infrastruktur irigasi yang memadai dan pemberian pelatihan serta bantuan pertanian yang berkelanjutan.

Lahan pertanian yang masih luas dan potensi pertanian yang besar menurutnya akan lebih optimal jika didukung dengan sarana prasarana yang layak serta manajemen pertanian yang lebih modern.

Laporan: Dadan Sopyan Sori
Editor: Fariz