Breaking News

Usaha Gula Aren “Manis Lestari” Jadi Simbol Warisan Budaya dan Sumber Ekonomi Warga Pandeglang

Pandeglang – Banten Medsos

Di tengah pesatnya perkembangan ekonomi digital dan industri modern, sebuah usaha rumahan di Kabupaten Pandeglang, Banten, tetap mempertahankan kearifan lokal melalui produksi gula aren tradisional. Usaha tersebut bernama “Manis Lestari”, didirikan oleh Didi Supriyadi (35), warga Kampung Cibitung, Kecamatan Bojong, pada tahun 2018.

Berawal dari keprihatinan melihat banyaknya pohon enau yang dibiarkan tumbuh liar tanpa dimanfaatkan, Didi tergerak untuk belajar menyadap nira kepada para tetua kampung. "Sayang kalau dibiarkan. Ternyata setelah dicoba, rasa gula arennya enak dan banyak yang suka," ujarnya saat ditemui Banten Medsos, Kamis (13/6/2025).

Dari usaha rumahan berskala kecil, “Manis Lestari” kini telah berkembang, melibatkan enam tenaga kerja tetap serta beberapa pekerja lepas saat pesanan meningkat. Produk utama yang dihasilkan berupa gula aren cetak berbentuk batok, serta gula aren cair berbentuk sirup. Seluruh proses produksi dilakukan secara tradisional—mulai dari penyadapan nira, perebusan dalam kuali besar, hingga pencetakan menggunakan tempurung kelapa.

Permintaan terhadap produk gula aren terus meningkat, khususnya dari konsumen yang mencari bahan alami berkualitas tinggi. Meski begitu, Didi mengakui masih banyak tantangan yang dihadapi dalam menjalankan usahanya.

"Kalau musim hujan, produksi nira menurun. Harga kayu bakar dan cetakan juga naik. Kami juga belum punya label resmi, jadi pemasaran agak sulit," jelasnya.

Saat ini, pemasaran produk “Manis Lestari” dilakukan secara sederhana—dengan cara mendatangi pasar tradisional serta melalui media sosial seperti WhatsApp dan Facebook. Wilayah pemasaran masih terbatas di sekitar Pandeglang.

Didi sendiri pernah mengikuti pelatihan pengemasan produk yang diselenggarakan oleh Dinas Koperasi setempat. Namun, ia belum pernah menerima bantuan alat maupun modal. "Izin usaha mikro juga belum ada, karena belum tahu cara mengurusnya," tambahnya.

Ke depan, ia berharap ada dukungan dari pemerintah, terutama dalam bentuk alat pengaduk otomatis dan pelatihan digital marketing. Ia juga ingin produknya bisa masuk ke koperasi dan pasar daring agar lebih dikenal luas.

Gula aren tak hanya memiliki nilai ekonomi tinggi, tapi juga menjadi identitas serta warisan budaya lokal yang patut dijaga. Usaha seperti “Manis Lestari” menjadi bukti bahwa kearifan lokal bisa menjadi sumber penghidupan yang berkelanjutan, jika mendapatkan dukungan yang tepat. (Rina/Fad)

No comments