Breaking News

Israel dalam Tekanan: Ketegangan Regional, Krisis Internal, dan Beban Ekonomi Pasca Perang


Oleh Feri Fadli Rizki
Dosen Ilmu Pemerintahan, STISIP Banten Raya


Kondisi Israel pada 18 Juli 2025 menunjukkan bahwa negara tersebut tengah berada dalam pusaran krisis multidimensi. Dari ketegangan regional yang semakin meruncing, kehancuran ekonomi usai perang, hingga keguncangan politik dalam negeri, semuanya membentuk gambaran negara yang berada di titik kritis.

Serangan Militer dan Ketegangan Regional Meningkat

Dalam eskalasi terbaru, Israel kembali melancarkan serangan udara besar-besaran ke wilayah Gaza dan Suriah. Serangan ini menewaskan sedikitnya 14 orang di Gaza pada Jumat pagi, termasuk warga sipil di utara dan selatan wilayah tersebut. Serangan udara Israel juga menghantam satu-satunya gereja Katolik di Gaza, menambah daftar panjang korban non-militer dalam konflik yang tak kunjung reda.

Tidak hanya itu, militer Israel menggempur wilayah strategis di Damaskus, termasuk gedung Kementerian Pertahanan Suriah dan area sekitar istana presiden. Serangan ini menuai kecaman keras dari berbagai negara Arab, termasuk Arab Saudi dan Indonesia, yang mendesak mekanisme internasional untuk menuntut Israel bertanggung jawab atas pelanggaran terhadap warga sipil.

Ketegangan makin meningkat setelah kelompok Houthi di Yaman melancarkan serangan terkoordinasi ke sejumlah target vital di Israel, termasuk Bandara Ben Gurion dan Pelabuhan Eilat. Iran pun memberi peringatan keras bahwa mereka siap melakukan serangan yang lebih luas jika Israel atau Amerika Serikat melanjutkan agresinya. Konflik dengan Iran tidak hanya bersifat militer, tapi juga telah mengguncang stabilitas ekonomi dan politik internal Israel.

Krisis Kemanusiaan Gaza yang Kian Memburuk

Di sisi lain, kondisi kemanusiaan di Gaza terus memburuk. Laporan terbaru dari PBB menyebutkan bahwa kasus malnutrisi anak meningkat dua kali lipat sejak konflik memuncak. Distribusi bantuan yang gagal menyebabkan kepanikan massal; dalam satu insiden, 20 warga tewas akibat berebut makanan.

Tragisnya, lebih dari 700 warga dilaporkan tewas saat mencoba mengakses air bersih di zona operasi militer Israel, sebuah tragedi yang menggambarkan dampak langsung dari kebijakan militer terhadap penduduk sipil.

Pemerintahan Netanyahu di Ujung Tanduk

Secara politik, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menghadapi tekanan terberat sepanjang kariernya. Koalisi pemerintahannya terancam bubar setelah partai-partai ultra-ortodoks menarik dukungan, dan skandal dugaan mata-mata dalam tubuh militer Israel untuk kepentingan Iran membuat publik semakin tidak percaya.

Sementara itu, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) menolak permohonan Israel untuk mencabut surat perintah penangkapan terhadap Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas dugaan kejahatan perang. Keputusan ini semakin memperburuk posisi Israel di kancah hukum internasional.

Dampak Ekonomi yang Menggerus Stabilitas

Setelah konflik bersenjata 12 hari dengan Iran pada Juni lalu, ekonomi Israel porak-poranda. Kerugian ditaksir mencapai 20 miliar dolar AS, memicu pemangkasan anggaran publik dan gelombang klaim ganti rugi dari puluhan ribu warga. Lebih dari 36.000 warga Israel mengajukan klaim kompensasi akibat hancurnya rumah dan kendaraan mereka.

Yang lebih mengejutkan, pemerintah Israel akhirnya mengakui bahwa sejumlah fasilitas vital, seperti pembangkit listrik dan kilang minyak, hancur terkena rudal Iran. Ini menandai pengakuan publik pertama atas kerentanan pertahanan strategis Israel dalam konflik besar.

Israel dalam Persimpangan Sejarah

Kondisi Israel hari ini adalah refleksi dari tekanan simultan dari luar dan dalam. Di satu sisi, agresi militer yang terus berlangsung menghadapkan Israel pada risiko isolasi internasional dan ancaman keamanan regional. Di sisi lain, krisis kemanusiaan yang tak terselesaikan dan guncangan politik dalam negeri menunjukkan bahwa fondasi internal negara ini tengah rapuh.

Pertanyaannya kini, apakah Israel akan membuka ruang untuk solusi damai dan reformasi internal, atau justru melanjutkan jalan konflik yang bisa berujung pada keterasingan total di panggung dunia?


No comments