Pandeglang, Banten Medsos — Arus globalisasi yang masuk ke pelosok desa mulai menunjukkan dampaknya terhadap kehidupan sosial masyarakat, khususnya generasi muda. Santi Siti Nurhayati, seorang pegawai honorer di MTsN 6 Pandeglang yang berdomisili di Desa Umbulan, Kecamatan Cikeusik, Kabupaten Pandeglang, menyampaikan keprihatinannya atas perubahan gaya hidup anak muda desa saat ini.

Menurutnya, sejak jaringan sinyal telepon seluler mulai menjangkau desa dan media sosial menjadi bagian dari keseharian, banyak anak muda lebih sibuk dengan gawai dibandingkan kegiatan produktif di lingkungan mereka sendiri. “Dulu anak-anak muda ikut ke sawah atau membantu orang tua. Sekarang mereka lebih memilih meniru tren dari kota dan konsumsi produk asing,” ujar Santi kepada Banten Medsos, Kamis (27/6).

Ia menambahkan, tren bekerja di luar desa semakin meningkat. Lulusan sekolah menengah, kata Santi, kini lebih banyak melamar pekerjaan di pabrik-pabrik kota daripada melanjutkan tradisi bertani di kampung halaman. “Sawah makin sepi, tenaga muda makin sulit ditemukan. Mereka anggap kerja di kota lebih keren dan menjanjikan,” ungkapnya.

Meski tidak memungkiri adanya dampak positif dari globalisasi seperti peningkatan akses informasi dan peluang kerja, Santi menilai perubahan ini juga membawa sisi negatif. “Nilai-nilai budaya lokal dan semangat gotong royong mulai luntur. Anak muda lebih individualistis sekarang,” katanya.

Ia berharap ada upaya bersama dari masyarakat, sekolah, dan pemerintah desa untuk menumbuhkan kembali kecintaan generasi muda terhadap budaya lokal dan potensi desa. “Kita perlu mengenalkan kembali bahwa desa juga punya nilai, bukan hanya sebagai tempat tinggal, tapi juga tempat untuk membangun masa depan,” tutupnya. (Iif/Fariz)