Banten Medsos – Cianjur, 8 Juli 2025

Pernyataan Menteri Kelautan dan Perikanan RI, Sakti Wahyu Trenggono, mengenai kandungan merkuri tinggi pada ikan di Waduk Cirata, Cianjur, Jawa Barat, menuai reaksi keras dari kalangan petani keramba jaring apung (KJA). Dalam pernyataannya pada Rabu, 25 Juni 2025, di Jakarta Pusat, Trenggono mengatakan, “Sejujurnya Waduk Cirata itu kalau saya izinkan, Pak Dirjen Budidaya itu ingin merilis kondisi yang sesungguhnya. Waduk Cirata itu sebenarnya sudah tidak layak dimakan, ikannya itu sudah tidak layak karena merkurinya sangat tinggi.” (dikutip dari detik.com)

Efek dari pernyataan tersebut segera terasa di lapangan. Harga ikan dari Waduk Cirata anjlok drastis, membuat para petani ikan kelimpungan. Penurunan harga terjadi baik pada ikan nila maupun ikan mas yang menjadi komoditas utama budidaya di waduk tersebut.

Reza, petani ikan yang biasa disapa Engkong (55), telah lima tahun menekuni budidaya ikan di keramba apung Waduk Cirata. Ia mengungkapkan kekhawatiran dan kerugian besar yang tengah dihadapi para petani.

“Sekarang petani ikan pada ngeluh. Ikan mas yang dulu paling rendah harganya 25 ribu per kilo, sekarang jadi 19 ribu rupiah. Ikan nila yang biasa 28 ribu rupiah, sekarang cuma 25 ribu. Bahkan harga turun hingga 6 ribu per kilo. Ini jelas menyakitkan buat kami,” kata Engkong saat ditemui di lokasi keramba miliknya di Cirata, Cianjur.

Menurutnya, banyak pembeli yang mulai menolak ikan dari Cirata karena takut dampak kesehatan akibat isu merkuri. “Pedagang juga mulai mundur. Mereka takut rugi kalau nggak laku di pasar. Padahal ini mata pencaharian kami, ribuan orang hidup dari sini, dari tiga kabupaten: Cianjur, Purwakarta, sama Bandung Barat,” tambahnya.

Para petani ikan berharap pemerintah segera memberikan klarifikasi dan solusi atas dampak dari pernyataan tersebut. Mereka juga menuntut adanya uji laboratorium terbuka dan transparan terhadap kondisi ikan di Waduk Cirata, agar masyarakat tidak salah paham dan panik tanpa dasar ilmiah yang akurat.

“Kalau memang ada masalah kesehatan, kami siap ikuti arahan. Tapi jangan rusak dulu pasar kami sebelum ada bukti pasti. Kami ini rakyat kecil, hidupnya dari ikan,” tegas Engkong.


Reporter: Tim Redaksi Banten Medsos
Editor: Fariz